KEPAHIANG, PROGRES.ID – PT Trisula Ulung Megasurya (TUM) adalah perusahaan pengelolaan teh ulung (oolong) yang berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) asal Taiwan. Pabrik PT TUM berada di Kecamatan Kabawetan dan produknya diekspor ke Taiwan dengan nama “Taiwan Oolong Tea,” dan sebagian lagi mulai terlihat di pasar domestik.
Produk yang diekspor sama sekali tak ada nama Kepahiang di kemasannya dan cukup sulit menemukan produk ini di pasaran lokal Provinsi Bengkulu. Berbeda dengan teh hijau yang dikelola PT Sarana Mandiri Mukti (Cakra Group-Bandung) yang produknya mudah ditemui di pasaran Indonesia.
Bupati Kepahiang Hidayattullah Sjahid mengatakan akan mempelajari regulasi yang ada agar bisa mendapatkan pendapatan dari PMA yang sudah puluhan tahun beroperasi di Kepahiang tersebut.
“Ohh nggak ada… belum ada pendapatan daerah dari PT TUMS. Nanti dalam waktu dekat akan kita lakukan evaluasi kembali,” ujar Hidayat kepada jurnalis usai acara ekspose perpanjangan Hak Guna Usaha (HGU) PT SMM di aula Dinas Dikbud Kepahiang, Jumat (05/04/2019).
Meski Pemkab Kepahiang tak memiliki pendapatan yang datang dari PT TUM, namun perusahaan ini telah berjasa bagi daerah karena menyerap ratusan tenaga kerja lokal. Selain itu, meski tidak maksimal, tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) pernah dirasakan sejumlah pihak di sekitar pabrik PT TUM.
Ia membandingkan dengan PT SMM yang menyumbang pendapatan daerah karena ada saham Pemkab Kepahiang senilai 5 persen di perusahaan yang memiliki induk di Bandung, Jawa Barat tersebut.
“Kita memperoleh pendapatan kecil sekali hanya 50 Juta (dari PT SMM), oleh karenanya kedepan kita akan berusaha memperoleh saham dari PT SMM hingga 25 persen. Ya itu pun tergantung dengan anggaran bila disetujui oleh DPRD nantinya,” ujar Hidayat.(koe)