Menelusuri Asal Usul Nama Kepahiang

Progres Kepahiang
Emong
Firmansyah (Emong Soewandi) | Foto: Rahman J/PROGRES KEPAHIANG

PROGRES.ID, KEPAHIANG –  Kata Kepahiang yang saat ini menjadi nama kelurahan, kecamatan dan kabupaten masih belum diketahui asal-usulnya. Termasuk, kapan nama Kepahiang itu mulai muncul dan digunakan. Untuk itu, Kasi Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kepahiang, Firmansyah berusaha menelusuri asal-usul kata Kepahiang.

“Dari penelusuran yang kita lakukan, ada beberapa makna dari kata Kepahiang.  Pertama, kata Kepahiang berasal dari kata Kepohiangan yang artinya silsilah atau keturunan. Nama Kepohiangan ini muncul sejak zaman pra sejarah. Wilayah Kepohiangan meliputi daerah aliran Sungai Musi dari wilayah Rejang Lebong – Kepahiang  hingga Empat Lawang, Sumsel. Terbukti, hingga saat ini di wilayah Empat Lawang ada nama Desa Kepahiang, Bukit Kepahiang dan Sungai Kepahiang,’’ ungkap Firmansyah yang akrab disapa Emong Suwandi.

Dikatakan, sejak zaman prasejarah, wilayah Kepohiangan ini merupakan wilayah pertapaan. Hal ini didukung beberapa bukti sejarah berupa menhir yang masih ada hingga saat ini di beberapa desa.

Kedua, lanjut Emong, Kepahiang merupakan nama buah. Yakni buah Kepahiang yang berasa pahit. Tapi, pohon Kepahiang bukan tanaman endemik di wilayah Kepahiang. Sehingga, nama Kepahiang yang berasal dari nama buah itu terkesan kurang beralasan untuk menjadi nama wilayah.

Ketiga, ada juga pendapat yang menyebutkan kata Kepahiang berasal dari 2 suku kata. Yakni, Kepa dan hyang. Kepa berarti kapal dan hyang adalah dewa. Jadi, Kepahiang dimaksudkan sebagai kapal dewa. Namun, Kepahiang yang berarti kapal dewa inipun belum didukung bukti sejarah. Karena, Sungai Musi yang merupakan sungai terbesar yang melintasi wilayah Kepahiang kondisi airnya tidak bisa dilalui kapal. Sebab, topografi wilayah Kepahiang yang bergelombang tidak memungkinkan dilalui kapal.

Sedangkan pendapat lain menyebutkan bahwa kata Kepahiang berasal dari 2 suku kata, Kepah dan hyang yang menyebutkan kepah sebagai kursi dan hyang adalah dewa. Jadi, Kepahiang versi ini dimaksudkan sebagai kursi dewa.

“Namun, beragam makna tentang kata Kepahiang ini, masih perlu dibuktikan lagi dengan data dan fakta sejarah. Karena dalam sketsa peta buatan kolonial Belanda tahun 1831 wilayah ini belum dinamai Kepahiang. Wilayah Kepahiang saat ini masih disebut dengan nama Rejang Tengah, Rejang Musi Ulu dan Rejang Musi Ilir. Tahun 1860, wilayah Rejang Tengah, Rejang Musi Ulu dan Musi Ilir dibentuk menjadi Onder Afdeling Rejang. Sedangkan pusat kotanya dinamai Kepahiang. Saat itu Kepala pemerintahan Kolonial Belanda yang pertama bertugas di Kepahiang adalah Pruy Van Der Hoeven. Apakah kata Kepahiang ini pertama dimunculkan tahun 1860 atau jauh sebelum itu? ini yang perlu dibuktikan,’’ ujar Emong Suwandi. (rjs)