Sinopsis Film Djakarta 1966, Supersemar: Kisah Epik di Balik Lahirnya Surat Perintah Sebelas Maret 1966

Redaksi Progres
sinopsis film Djakarta 1966/ist

KEPAHIANG,PROGRES.ID– Film “Djakarta 1966,” yang dirilis pada tahun 1982, merupakan sebuah karya sinematik yang mengulas kronologi terjadinya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966. Cerita ini berfokus pada periode genting dalam sejarah Indonesia pasca-peristiwa Gerakan 30 September yang menjadi pemicu terjadinya peristiwa politik penting tersebut. Dalam film ini, kita diajak untuk memahami bagaimana Supersemar, yang memberikan wewenang luar biasa kepada Letjen Soeharto, akhirnya diberikan oleh Presiden Soekarno dalam upaya memulihkan keamanan negara.

Sinopsis Film

Kisah dimulai pada tahun 1965, setelah terjadinya peristiwa G30S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia) yang disalahkan oleh pemerintah kepada PKI. Presiden Soekarno, diperankan oleh Umar Kayam, pada awalnya tidak segera mengambil tindakan politik yang memadai untuk menyelesaikan situasi tersebut. Jakarta saat itu diwarnai oleh demonstrasi mahasiswa yang tergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia). Mereka memunculkan Tritura, tiga tuntutan utama, yaitu pembubaran PKI, perombakan kabinet, dan penurunan harga kebutuhan pokok.

Namun, ketegangan di negeri ini semakin meningkat, dan situasinya semakin genting. Presiden Soekarno, yang merasa perlu mengambil langkah radikal, akhirnya mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret atau yang lebih dikenal sebagai Supersemar. Surat ini memberikan wewenang luar biasa kepada Letjen Soeharto, yang diperankan oleh Amoroso Katamsi, untuk mengambil tindakan apa pun yang dianggapnya perlu demi memulihkan keamanan negara.

Dengan kekuasaan yang diberikan oleh Supersemar, Letjen Soeharto memimpin upaya pembubaran PKI secara menyeluruh. Tindakan ini membawa perubahan besar dalam sejarah Indonesia dan menggantikan pemerintahan Orde Lama dengan Orde Baru.

Film “Djakarta 1966” membeberkan peristiwa-peristiwa tersebut secara kronologis dan mendalam. Ini bukan hanya sebuah cerita politik yang menarik, tetapi juga merupakan cerminan dari periode penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Film ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana Supersemar menjadi salah satu dokumen yang mengubah nasib Indonesia pada masa itu.

Koleksi Sinematek Indonesia, tempat tersimpannya kopi film 35 mm ini, menjadi salah satu sumber berharga untuk memahami sejarah dan budaya Indonesia. Film “Djakarta 1966” mampu menghidupkan kembali masa lalu yang penting dalam sebuah narasi yang menggugah dan berkesan bagi penonton, dan sekaligus mengingatkan kita akan peristiwa penting yang membentuk Indonesia seperti yang kita kenal saat ini.