Sejarah Hari Bakcang: Asal Usul, Tradisi dan Makna

balap perahu naga
Perlombaan balap perahu naga (Foto: BeritaIndonesia.hk)

KEPAHIANG.PROGRES.ID – Hari Bakcang, juga dikenal sebagai Festival Duanwu atau Festival Perahu Naga, adalah salah satu perayaan tradisional yang paling dikenal di Tiongkok. Dirayakan pada hari kelima bulan kelima kalender lunar Tiongkok, festival ini memiliki sejarah yang kaya dan berakar dalam legenda serta tradisi budaya. Mari kita telusuri lebih jauh sejarah dan makna dari Hari Bakcang.

Asal Usul dan Legenda

Asal mula Hari Bakcang sering dikaitkan dengan kisah Qu Yuan, seorang penyair dan pejabat negara Chu pada periode Negara Berperang (475-221 SM). Qu Yuan dikenal sebagai pejabat yang setia dan patriotik, namun karena fitnah dari pejabat lain, ia diasingkan oleh raja. Dalam pengasingannya, Qu Yuan menulis banyak puisi yang mengungkapkan cintanya terhadap tanah air dan kesedihannya atas korupsi yang merajalela.

Ketika negara Chu akhirnya jatuh ke tangan negara Qin, Qu Yuan merasa sangat putus asa. Pada tanggal kelima bulan kelima, ia bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo. Warga yang mencintai dan menghormati Qu Yuan berusaha menyelamatkannya, namun tidak berhasil.

Untuk menghormati dan mengenangnya, mereka melemparkan bola-bola nasi ke sungai agar ikan-ikan tidak memakan tubuh Qu Yuan. Tradisi ini berkembang menjadi kebiasaan membuat dan memakan bakcang, atau kue beras yang dibungkus daun bambu, setiap tahun pada tanggal ini.

Perayaan dan Tradisi

Hari Bakcang dikenal dengan berbagai tradisi yang beragam di berbagai wilayah Tiongkok dan komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Beberapa tradisi utama yang dilakukan selama festival ini antara lain:

Makan Bakcang: Seperti disebutkan sebelumnya, bakcang adalah makanan khas yang terbuat dari beras ketan yang dibungkus dengan daun bambu dan diisi dengan berbagai bahan seperti daging babi, kacang hijau, jamur, dan kuning telur asin. Setiap daerah memiliki variasi bakcang dengan rasa dan bentuk yang berbeda-beda.

Lomba Perahu Naga: Lomba perahu naga adalah acara yang sangat populer selama Hari Bakcang. Perahu-perahu yang dihias menyerupai naga berlomba di sungai, dan setiap perahu dioperasikan oleh tim pendayung yang kuat. Tradisi ini tidak hanya untuk menghormati Qu Yuan tetapi juga untuk memperingati kebersamaan dan semangat tim.

Menggantungkan Talisman: Orang-orang sering menggantungkan talisman berbentuk tanaman atau kertas berwarna-warni di pintu rumah mereka. Talisman ini diyakini dapat mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan.

Minum Realgar Wine: Minum anggur realgar adalah tradisi lainnya selama Hari Bakcang. Anggur ini diyakini dapat menangkal racun dan penyakit.

Makna dan Signifikansi Modern

Hari Bakcang tidak hanya tentang menghormati Qu Yuan tetapi juga merayakan budaya dan tradisi Tiongkok yang kaya. Festival ini mengajarkan nilai-nilai seperti patriotisme, kesetiaan, dan kebersamaan. Di era modern, Hari Bakcang juga menjadi waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan teman, menikmati makanan tradisional, dan merayakan warisan budaya.

Selain itu, lomba perahu naga telah berkembang menjadi acara olahraga internasional, menarik peserta dan penonton dari seluruh dunia. Ini membantu memperkenalkan dan mempromosikan budaya Tiongkok kepada audiens global.

Kesimpulan

Hari Bakcang adalah perayaan yang kaya akan sejarah dan tradisi. Dari legenda Qu Yuan hingga berbagai tradisi yang dijalankan selama festival, Hari Bakcang adalah salah satu perayaan yang paling dihormati dan dirayakan di Tiongkok dan komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Festival ini bukan hanya tentang makanan dan lomba, tetapi juga tentang menghormati warisan budaya dan nilai-nilai yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan setiap gigitan bakcang dan setiap kayuhan di perahu naga, kita mengingat dan merayakan sejarah yang kaya dan bermakna dari Hari Bakcang.


Exit mobile version