Sosok  

Mengenal Sultan Hamid II: Perancang Lambang Negara Indonesia

Progres Kepahiang
sultan hamid 2
Sultan Hamid II (Perpustakaan Universitas Leidenkitlv Belanda)

KEPAHIANG.PROGRES.ID – Sultan Hamid II, seorang tokoh yang berjasa dalam merancang lambang negara Indonesia, memiliki kisah hidup yang penuh warna dan kontroversi. Meski pada akhirnya dihadapkan pada tuduhan makar, namanya tetap terpatri dalam sejarah Indonesia. Mari kita kenali lebih dalam tentang profilnya.

Latar Belakang dan Keluarga

Dilansir dari Koran Tempo Edisi 15 September 2013 dan dipublikasikan kembali di Tempo.co (3 Juni 2022), Sultan Hamid II lahir sebagai Syarif Abdul Hamid Alkadrie pada 12 Juli 1913, di Pontianak. Ia adalah putra sulung Sultan Pontianak, Sultan Syarif Muhammad Alkadrie, dan merupakan sultan ketujuh dari Kesultanan Pontianak. Namun, kehidupan Sultan Hamid II tidak hanya berkutat pada tugas kerajaan.

Perjalanan Hidup yang Luar Biasa

Sultan Hamid II memiliki perjalanan hidup yang luar biasa. Dia pernah menjabat sebagai Menteri Negara Zonder Porto Folio di era Presiden Soekarno pada masa Republik Indonesia Serikat. Selain itu, ia juga menjadi Ketua BFO dalam Konferensi Meja Bundar yang bersejarah.

Keunikan Sultan Hamid II adalah keturunan Indonesia yang memiliki darah Arab. Masa kecilnya juga tak biasa, di mana ia diasuh oleh seorang perempuan berkebangsaan Inggris. Bahkan, istrinya adalah seorang perempuan Belanda yang melahirkan dua anak dan kini tinggal di Belanda.

Pendidikan Sultan Hamid II juga mencerminkan keragamannya. Ia menempuh pendidikan di berbagai tempat, termasuk Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. Meskipun tidak menyelesaikan pendidikan HBS di Bandung, Sultan Hamid II berhasil menamatkan KMA di Breda, Belanda, dan meraih pangkat Letnan dalam Tentara Hindia Belanda.

Peran dalam Sejarah Indonesia

Selama perjalanan sejarah Indonesia yang penuh dinamika, Sultan Hamid II memiliki peran yang tidak dapat diabaikan. Ia tertawan oleh Jepang pada 10 Maret 1942, tetapi dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu, dan bahkan meraih kenaikan pangkat menjadi kolonel. Setelah ayahnya wafat akibat agresi Jepang, Sultan Hamid II diangkat sebagai Sultan Pontianak ketujuh pada 29 Oktober 1945.