Makna Emoji Jempol, Simbol Persetujuan atau Isyarat Pasif-Agresif?

emoji jempol/ist

KEPAHIANG.PROGRES.ID- Apakah Anda masih sering merespons chat dengan emoji jempol?

Meskipun emoji ini sering digunakan untuk menyampaikan persetujuan seperti “iya,” “siap,” atau “baik,” ternyata banyak anggota Generasi Z—mereka yang lahir antara akhir 1990-an hingga awal 2010-an—yang merasa tidak nyaman dengan penggunaan emoji jempol ini.

Bahkan, sebagian dari mereka mendesak agar emoji tersebut tidak lagi digunakan karena dianggap memiliki konotasi negatif.

Menurut laporan dari Ladbible, topik ini menjadi bahan perbincangan yang ramai dalam sebuah unggahan di Reddit.

Seorang pengguna berbagi pengalamannya di tempat kerja yang menggunakan Microsoft Teams, di mana banyak rekan kerjanya yang sering menggunakan emoji jempol sebagai reaksi.

Pengguna tersebut mengakui bahwa ia jarang menggunakan emoji jempol dan lebih memilih memberi respons dengan “like” atau membalas dengan kata-kata seperti “hebat” atau “terima kasih.”

“Ngomong-ngomong, menurut saya wajar memberikan jempol, namun saya merasa itu respons yang meresahkan. Apakah ada orang lain yang merasakannya juga?” tulisnya.

Unggahan tersebut segera mendapat banyak tanggapan di kolom komentar, dengan banyak orang yang mengaku merasakan hal serupa. Beberapa menyebut respons dengan emoji jempol sebagai sesuatu yang buruk dan tidak sopan.

“Sangat tidak sopan jika seseorang hanya mengirimkan Anda jempol. Saya juga mengalami kesulitan menyesuaikan diri,” ungkap seorang pengguna.

Ada juga yang melihat penggunaan emoji jempol sebagai bentuk perilaku pasif-agresif, meskipun ada yang berpendapat bahwa ini hanyalah perbedaan budaya komunikasi antar generasi.

Bagi sebagian orang, emoji jempol hanyalah cara sederhana untuk menyatakan bahwa pesan telah dibaca dan tidak ada yang perlu ditambahkan.

“Itu cara mengatakan ‘saya telah membaca pesan Anda dan tidak ada yang perlu ditambahkan’,” jelas seorang pengguna lain.

Namun, tidak semua orang sepakat dengan pandangan negatif tentang emoji jempol. Beberapa merasa bahwa emoji ini dapat dengan tepat mewakili apa yang ingin disampaikan oleh penerima pesan.

“Pasif agresif? Anda serius atau bercanda? Itu hanya jempol ke atas?” tulis salah satu pengguna, menanggapi perdebatan tersebut.

Perbedaan pandangan ini mencerminkan bagaimana generasi yang berbeda bisa memaknai simbol komunikasi yang sama dengan cara yang berbeda.

Bagi sebagian orang, emoji jempol mungkin dianggap sebagai cara sederhana untuk menutup percakapan, sementara bagi yang lain, bisa jadi dianggap tidak sopan atau bahkan menyinggung.

Bagaimanapun juga, hal ini menunjukkan pentingnya memahami konteks dan preferensi individu dalam berkomunikasi, terutama di era digital yang serba cepat dan penuh dengan simbol-simbol visual.

Jadi, sebelum Anda mengirimkan emoji jempol lagi, mungkin ada baiknya untuk mempertimbangkan bagaimana penerimanya akan menafsirkan pesan Anda.

 

 

Sumber: CNBC Indonesia

Exit mobile version