Gerakan Hamas awalnya didirikan di Gaza pada tahun 1987 oleh seorang imam bernama Sheikh Ahmed Yasin dan rekannya, Abdul Aziz al-Rantissi. Hal ini terjadi segera setelah dimulainya Intifada pertama, yaitu pemberontakan melawan pendudukan Israel di wilayah Palestina.
Hamas awalnya merupakan cabang dari organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir dan membentuk sayap militer bernama Brigade Izz al-Din al-Qassam. Tujuan utama kelompok ini adalah melakukan perjuangan bersenjata melawan Israel dengan maksud membebaskan Palestina. Mereka juga menawarkan program kesejahteraan sosial kepada warga Palestina yang menderita akibat pendudukan Israel.
Secara prinsip, Hamas tidak mengakui negara Israel, berbeda dengan PLO yang telah mengakui keberadaan negara Yahudi tersebut. Hamas mendukung pembentukan negara Palestina dengan batas perbatasan tahun 1967.
Khaled Meshaal, pemimpin kelompok Palestina yang berada dalam pengasingan pada tahun 2017, menyatakan, “Kami tidak akan melepaskan satu inci pun tanah air Palestina, apapun tekanan yang terjadi saat ini dan berapapun lamanya pendudukan,” seperti dilansir dari CNBC Indonesia.
Hamas juga dengan tegas menentang perjanjian perdamaian Oslo yang disepakati antara Israel dan PLO pada pertengahan tahun 1990-an. Kelompok ini secara resmi berkomitmen untuk mendirikan negara Palestina di wilayahnya sendiri.