September, Pemimpin Dunia Berkumpul dalam Majelis Umum PBB di New York, Apa itu PBB dan Majelis Umum?

ilustrasi/istimewa

KEPAHIANG,PROGRES.ID– Para pemimpin dunia akan berkumpul dalam Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, AS, pada Senin (18/09/2023) mendatang. Pertemuan ini akan memfokuskan beragam pertanyaan tentang perkembangan internasional, upaya dalam mengatasi perubahan iklim, dan kemungkinan pembahasan isu besar seperti Perang di Ukraina.

Apa itu PBB dan Majelis Umum?
PBB adalah sebuah organisasi internasional yang didirikan pada tahun 1945 setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, dengan tujuan utama menjaga perdamaian internasional. Saat ini, PBB memiliki 193 negara anggota penuh dan dua negara non-anggota, yaitu Vatikan dan Palestina. Majelis Umum PBB (UNGA) adalah pertemuan utama di mana seluruh 193 anggota PBB memiliki perwakilan. Majelis Umum ini diadakan setiap bulan September di markas besar PBB di New York.

Apa yang akan dibahas dalam Majelis Umum PBB?
Pada tanggal 18 dan 19 September 2023, konferensi tentang pembangunan berkelanjutan akan menjadi sorotan utama. Negara-negara anggota akan membahas cara mencapai “tujuan pembangunan berkelanjutan” PBB, termasuk upaya mengakhiri kelaparan dan kemiskinan dunia, meningkatkan pendapatan dan pendidikan global, serta meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi. Debat Umum PBB akan berlangsung dari 19 hingga 23 September, dan dilanjutkan pada 26 September. Dalam sesi ini, perwakilan dari setiap negara anggota dapat menyampaikan permasalahan yang menjadi perhatian mereka. Selain itu, KTT Ambisi Iklim (The Climate Ambition Summit) akan diadakan pada 20 September dengan tujuan mempercepat tindakan dalam mengatasi perubahan iklim. Konferensi-konferensi lain juga akan membahas pembiayaan pembangunan ekonomi, penanganan pandemi, dan perlucutan senjata nuklir.

Apa yang bisa dihasilkan dari Majelis Umum PBB?
Majelis Umum PBB memberikan kesempatan unik bagi para kepala negara dan kepala pemerintahan dunia untuk bertemu dalam momen “kencan kilat diplomatis.” Hasil yang signifikan sering kali berasal dari pertemuan bilateral antara pemimpin nasional selama pertemuan ini. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, diperkirakan akan hadir dan mengungkapkan pidato mengenai situasi perang di negaranya. Namun, beberapa pemimpin dunia seperti Vladimir Putin dari Rusia, Xi Jinping dari China, Emmanuel Macron dari Prancis, dan Rishi Sunak dari Inggris tidak akan menghadiri pertemuan tersebut.

Bagaimana cara kerja Debat Umum PBB?
Tradisi dalam Debat Umum PBB adalah pembicara pertama selalu berasal dari Brasil atau perwakilan mereka, diikuti oleh negara tuan rumah, Amerika Serikat. Brasil menjadi pembuka acara karena pada awalnya, ketika tidak ada yang ingin berpidato terlebih dahulu, Brasil sering kali mencalonkan diri sebagai pembicara pertama, dan ini kemudian menjadi rutinitas. Setiap pemimpin negara atau perwakilan mereka berpidato di depan majelis dan dapat menggunakan salah satu dari enam bahasa resmi PBB. Mereka diminta untuk membatasi pidatonya kurang dari 15 menit, meskipun aturan ini sering kali diabaikan.

Kejadian Berkesan dari Pertemuan Majelis Umum PBB
Dilansir dari BBC, dalam pertemuan Majelis Umum PBB tahun 2019, aktivis lingkungan Greta Thunberg dari Swedia yang saat itu berusia 16 tahun, menyampaikan pesan tajam kepada para pemimpin dunia tentang perubahan iklim. Pada tahun 2017, mantan Presiden AS, Donald Trump, menyebut pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, sebagai “Manusia Roket yang menjalankan misi bunuh diri untuk dirinya sendiri.” Beberapa peristiwa kontroversial juga terjadi, seperti pidato Kolonel Gaddafi dari Libya pada tahun 2009 yang berlangsung lebih dari satu setengah jam dan pernyataan kontroversial Hugo Chavez, Presiden Venezuela, pada tahun 2006, yang menyebut Presiden AS saat itu, George W. Bush, sebagai “iblis.”(koe)


Exit mobile version