Israel Menyepakati Proposal Biden untuk Meredakan Konflik Gaza, Meski Ada Banyak Kendala

istimewa

KEPAHIANG.PROGRES.ID- Israel telah menyetujui proposal yang diajukan oleh Presiden AS Joe Biden untuk meredakan konflik di Gaza, meskipun ada banyak perbaikan yang diperlukan.

Kepala Penasihat Kebijakan Luar Negeri Perdana Menteri Israel, Ophir Falk, mengakui bahwa kesepakatan tersebut bukanlah yang terbaik namun penting untuk membebaskan para sandera.

“Ini bukan kesepakatan yang bagus tetapi kami sangat ingin para sandera dibebaskan, semuanya,” ujar Falk dalam wawancara dengan Sunday Times Inggris, seperti dikutip dari Reuters pada Senin (3/6/2024).

Detil Proposal dan Tantangan

Biden awalnya mendukung serangan Israel, namun kemudian mengecam tingginya angka kematian warga sipil Palestina.

Pada Jumat (1/6/2024), Biden mengumumkan rencana tiga fase untuk mengakhiri konflik.

Fase pertama mencakup gencatan senjata dan pembebasan beberapa sandera.

“Setelah itu kedua belah pihak akan melakukan negosiasi mengenai penghentian permusuhan tanpa batas untuk tahap kedua di mana sisa tawanan yang masih hidup akan dibebaskan,” jelas Biden.

Peran Hamas dan Mediasi Internasional

Rencana tersebut menyiratkan bahwa Hamas akan tetap terlibat dalam pengaturan tambahan yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar.

Ini berpotensi bentrok dengan tekad Israel untuk menghancurkan kelompok tersebut.

Biden telah menawarkan beberapa proposal gencatan senjata serupa selama beberapa bulan terakhir, namun semuanya gagal.

Pada Februari, Biden mengatakan Israel telah setuju untuk menghentikan pertempuran selama bulan Ramadhan, namun hal ini tidak terwujud.

Israel tetap bersikeras hanya akan menghentikan sementara pertempuran sampai Hamas dihancurkan, sementara Hamas menuntut penghentian perang secara permanen sebagai syarat pembebasan sandera.

Posisi Netanyahu dan Tekanan Internal

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berada di bawah tekanan untuk mempertahankan koalisi pemerintahannya.

Mitra koalisi sayap kanan mengancam akan menolak kesepakatan yang dianggap menguntungkan Hamas.

Sementara itu, mitra berhaluan tengah, mantan jenderal Benny Gantz, mendorong agar kesepakatan dipertimbangkan.

Reaksi Hamas

Hamas menyambut baik inisiatif Biden, meskipun dengan syarat.

Seorang pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menegaskan bahwa Hamas tidak bisa diabaikan.

Pejabat lainnya, Osama Hamdan, menyebut pidato Biden mengandung ide-ide positif namun menekankan perlunya perjanjian komprehensif yang memenuhi tuntutan Hamas, termasuk penghentian serangan di Gaza, penarikan pasukan Israel, pergerakan bebas bagi warga Palestina, dan bantuan rekonstruksi.

“Namun kami ingin hal ini terwujud dalam kerangka perjanjian komprehensif yang memenuhi tuntutan kami.” ungkapnya di lansir dari Al Jazeera.

Kesimpulan

Israel menolak kembali ke situasi sebelum 7 Oktober, ketika Hamas menyerang Israel dan menewaskan 1.200 orang.

Sebaliknya, serangan Israel telah membunuh lebih dari 36.000 warga Palestina, menurut pejabat medis di Gaza. Konflik ini masih memerlukan banyak negosiasi dan perbaikan sebelum bisa mencapai penyelesaian yang tahan lama.

 


Exit mobile version