Hong Kong Mengonfirmasi Kasus Pertama Infeksi Virus B pada Manusia, Apakah Indonesia Berpotensi Terdampak?

ilustrasi mikroskop virus
Ilustrasi (Pixabay)

KEPAHIANG.PROGRES.ID – Hong Kong baru-baru ini dihebohkan dengan temuan kasus pertama infeksi virus B pada manusia. Seorang pasien berusia 37 tahun terinfeksi virus B, atau dikenal sebagai virus herpes simiae, setelah terluka akibat kontak dengan seekor monyet liar saat berkunjung ke Taman Negara Kam Shan pada akhir Februari.

Pada tanggal 21 Maret, pasien tersebut dilarikan ke unit perawatan intensif Rumah Sakit Yan Chai setelah mengalami gejala demam dan penurunan kesadaran. Saat ini, pasien berada dalam kondisi kritis.

Menurut pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, virus B memiliki dampak yang fatal pada manusia. Data saat ini menunjukkan bahwa 80 persen orang yang terinfeksi virus ini berakhir dengan kematian.

“Dari 10 orang yang terinfeksi, setidaknya 8 orang meninggal. Tingkat fatalitas kasus saat ini mencapai 80 persen, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ini menandakan bahwa banyak kasus tidak terdeteksi,” jelas Dicky seperti dinukil dari detikcom, Minggu (07/04/2024).

Dicky menjelaskan bahwa keterlambatan dalam mendeteksi penyakit ini menjadi penyebab tingginya tingkat kematian akibat virus B. Keterlambatan dalam penanganan menyebabkan virus menyerang otak, yang meningkatkan risiko kematian.

Namun, Dicky menegaskan bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir berlebihan terkait virus B. Dia juga menyoroti perbedaan jenis kera antara Indonesia dan Hong Kong.

“Potensi penyebaran virus B di Indonesia sangat kecil hingga saat ini. Ini juga terkait dengan perbedaan jenis kera yang ada di Indonesia dan Hong Kong,” jelasnya.

“Jadi, pembicaraan ini berkaitan dengan di mana virus tersebut bisa hidup di binatang, tetapi binatang tersebut tidak sakit, khususnya jenis kera ini,” tambahnya.

Dicky menekankan bahwa virus B bukanlah ancaman bagi Indonesia, terutama sebagai pandemi, karena penularan antar manusia masih sangat jarang terjadi. Namun, dia mengingatkan bahwa penting untuk tetap waspada dan memperhatikan perkembangan situasi agar masalah kesehatan masyarakat dapat dicegah dengan baik.

“Penularan antar manusia dari virus B masih sangat jarang. Bahkan, hingga saat ini, hanya satu kasus penularan antar manusia yang tercatat di dunia,” tegasnya.


Exit mobile version