RSUD Kepahiang Sebut Investigasi Komite Medik Pastikan Tak Ada Indikasi Malapraktik

febi nur sanda
dr. Febi Nur Sanda | Dok: PROGRES KEPAHIANG

PROGRESKEPAHIANG.com – Berdasarkan hasil investigasi Tim Komite Medik terkait penanganan persalinan bayi prematur oleh dr. Oktrivianus di RSUD Kepahiang beberapa waktu lalu dinyatakan bahwa tidak ada indikasi atau dugaan malapraktik (Malapraktik: sesuai KBBI dan EYD). Ini disampaikan Plt Direktur RSUD Kepahiang, dr. Febi Nur Sanda kepada jurnalis, Rabu (07/02/2018).

“Berdasarkan investigasi Tim Komite Medik di sini (RSUD Kepahiang) selama dua hari, hasilnya memutuskan jika tidak ada kesalahan prosedur pada penanganan persalinan tersebut,” kata Febi.

Ia menambahkan, bayi prematur yang dilahirkan itu memiliki kelainan atau cacat.

“Biasanya, bayi yang lahir cacat bawaan akan diikuti cacat bawaan lainnya. Ini tak terdeteksi karena si ibunya (pasien) tidak pernah melakukan USG (Ultrasonography), ibunya cuma pernah periksa kandungan di Posyandu, tidak ke dokter praktik atau rumah sakit,” sambungnya.

Kelainan lainnya, lanjut Febi, pada usia kehamilan baru 21-22 minggu, pasien sudah akan menjalani persalinan.

“Usia kandungan baru 21-22 minggu, tapi si ibu sudah mau melahirkan, padahal normalnya saat usia kandungan berkisar 38 hingga 40 minggu,” jelas Febi.

 

Pada bagian lain, Febi mengatakan, ada ketidakkooperatifan pasien yang diduga karena  trauma persalinan pertama sekira 4 tahun silam. Saat itu, pasien melahirkan secara sesar, dan anaknya meninggal pada usia 21 hari.

Baca Juga:

Seorang jurnalis televisi tampak mengambil pemandangan Desa Tebat Monok dari bukit Kepahiang Alami. Tampak gedung RSUD Kepahiang berdiri kokoh dari bukit kecil itu | Foto: PROGRES KEPAHIANG

“Sang ibu tidak kooperatif hingga menyebabkan proses persalinan berjalan lama. Saat kepala bayi keluar, harusnya diikuti badannya secara utuh, tapi itu justru tertahan. Dokter sempat meraba nadi bayi itu, tapi tidak ada nadinya, kita duga bayi itu meninggal saat proses persalinan,” bebernya.

Menurut Febi, saat itu dokter yang bertugas tetap menjalankan tugasnya sesuai prosedur praktik.

“Jemput panggul sang ibu nutup-nutup, inilah yang menyebabkan kepala bayi yang strukturnya sangat lembut itu terlepas,” urainya.

Mendapati itu, lanjutnya, dokter mengambil tindakan dan menyiapkan ruang operasi untuk mengeluarkan badan bayi. Saat proses bedah diketahui ada kelainan, yakni badan bayi cukup besar.

“Diketahuilah badan bayi besar dari kepala,” terang Febi.(pid)


Exit mobile version