Di Kepahiang: Harga Pupuk Urea dan Kcl Alami Kenaikan, Pupuk Mutiara dan Yaramila Justru Turun

Redaksi Progres
Stok Pupuk di toko Putri Rejang Tani Kepahiang( foto: Progres.id/koe)

KEPAHIANG,PROGRESI.ID– Terdapat perubahan signifikan dalam harga pupuk di kabupaten Kepahiang. Harga pupuk urea non-subsidi telah mengalami kenaikan yang cukup mencolok. Harga yang sebelumnya berada pada kisaran Rp 380.000 per sak, sekarang melonjak menjadi Rp 410.000 per sak atau setara dengan Rp 10.000 per kilogramnya.

Thomas Edison, pemilik toko Putri Rejang Tani yang  berlokasi di jalan lintas Dusun Kepahiang, Kabupaten Kepahiang, menjelaskan bahwa pada bulan sebelumnya, harga urea non-subsidi adalah Rp 380.000 per sak. Namun, pada bulan ini, harga telah naik menjadi Rp 410.000 per sak atau setara dengan Rp 10.000 per kilogramnya.

Thomas Edison, toko Putri Rejang Tani Kepahiang( foto: Progres.id/koe)

“Pada bulan lalu urea non -subsidi di harga Rp 380.000 per sak, bulan ini harga naik menjadi Rp 410.000,-persak. atau kalau jual perkilogramnya sekitar Rp 10.000 perkilogramnya,” terang Thomas Edison (31/08/2023)

Tak hanya pupuk urea, pupuk jenis Kcl juga mengalami kenaikan sekitar 8 persen. Harga pupuk Kcl yang sebelumnya Rp 420.000 per sak, kini telah naik menjadi Rp 450.000 per sak atau setara dengan Rp 14.000 per kilogramnya. Thomas Edion menambahkan bahwa harga pupuk Kcl telah meningkat dari Rp 420.000 menjadi Rp 450.000.

” Pupuk Kcl juga naik dari harga Rp 420.000 sekarang naik menjadi Rp 450.000,” tambahnya.

Selain itu ia juga memberitahu bahwa pupuk jenis Mutiara dan Yaramila justru mengalami penurunan harga. Harga pupuk mutiara telah turun dari Rp 950.000 per sak menjadi Rp 750.000 per sak, atau setara dengan Rp 18.000 per kilogramnya. Selain itu, harga pupuk yaramila juga mengalami penurunan dari Rp 980.000 per sak menjadi Rp 770.000 per sak.

” Justru pupuk jenis Mutiara turun dari harga semula Rp 950.000 per sak, saat ini turun menjadi Rp 750.000 persak atau Rp 18.000 perkilogramnya. selain itu pupuk Yaramila juga turun dari Rp 980.000 turun menjadi Rp 770.000 persak,” terang Thomas.

toko Putri Rejang Tani Kepahiang( foto: Progres.id/koe)

Kenaikan harga pupuk urea non-subsidi tentu saja berdampak negatif bagi petani, terutama bagi mereka yang bercocok tanam padi. Para petani sekarang harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk membeli pupuk urea, yang pada akhirnya dapat mereduksi pendapatan mereka. Selain itu, kenaikan harga pupuk urea juga berpotensi meningkatkan biaya produksi pertanian secara keseluruhan, sehingga berdampak pada kenaikan harga pangan.

Sementara itu, penurunan harga pupuk mutiara merupakan kabar baik bagi para petani. Mereka dapat menghemat biaya pembelian pupuk mutiara, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan mereka. Selain itu, penurunan harga pupuk mutiara juga berpotensi membantu mengurangi biaya produksi pertanian, yang pada akhirnya akan mendukung stabilitas harga pangan.(koe)