Bisnis  

Shell Berencana Tutup 1.000 SPBU, Termasuk di Indonesia, Ini Alasannya!

Progres Kepahiang
spbu shell
SPBU Shell (Kompas.com)

KEPAHIANG.PROGRES.ID – Shell berencana untuk menutup sebanyak 1.000 SPBU mereka menjelang tahun 2025. Penutupan ini merupakan bagian dari rencana ambisius perusahaan energi ini untuk merambah pasar stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).

“Kami berencana untuk mendivestasikan 500 SPBU (termasuk usaha patungan) setiap tahun pada 2024 dan 2025,” ungkap Shell dalam Laporan Strategi Transisi Energi 2024 mereka, seperti dilansir oleh detikFinance pada Sabtu (23/3/2024).

Meskipun Shell tidak menyebutkan secara spesifik negara mana yang akan terdampak, langkah ini diperkirakan akan mengurangi jaringan gerai Shell sebanyak 2,1%. Pada tahun 2023, Shell memiliki 47.000 gerai di seluruh dunia.

Fokus Shell akan tertuju pada pasar China dan Eropa di masa mendatang, karena pertumbuhan kendaraan listrik di kedua wilayah tersebut melonjak pesat, memerlukan lebih banyak SPKLU.

Perusahaan ini berencana untuk meningkatkan jumlah titik pengisian daya kendaraan listrik dari 54.000 menjadi 200.000. Target ini diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030.

Saat ini, SPKLU Shell biasanya terletak di stasiun pengisian bahan bakar Shell, serta di berbagai pusat mobilitas seperti supermarket.

Berdasarkan peta pengisian daya Recharge EV Shell, perusahaan ini mengoperasikan lebih dari 3.700 stasiun pengisian daya di Amerika Serikat (AS), dengan beberapa colokan pengisian daya di setiap lokasi. Dibandingkan dengan itu, Tesla menawarkan sekitar 6.000 stasiun pengisian daya dengan lebih dari 15.000 colokan pengisian cepat.

Meskipun ada penurunan permintaan kendaraan listrik di AS baru-baru ini, Shell yakin bahwa transisi energi secara global adalah investasi yang layak. Mereka menyoroti peningkatan investasi di industri kendaraan listrik China, terutama di kota-kota seperti Shenzhen dan Wuhan.