Berita Terbaru! Harga Emas di Pegadaian Ambruk Rp10.000

Redaksi Progres
Pengadaian/istimewa

KEPAHIANG,PROGRES.ID– Harga emas batangan yang ditawarkan oleh PT Pegadaian mengalami penurunan pada perdagangan hari ini, Jumat (29/9/2023). Pegadaian menjual berbagai jenis emas, seperti emas Antam, Antam Retro, dan UBS, dengan beragam ukuran, mulai dari 0,5 gram hingga 1.000 gram.

Pada perdagangan hari ini, harga emas Antam ukuran 1 gram dijual seharga Rp 1.085.000, mengalami penurunan sebesar Rp 8.000 per gram. Emas ini tersedia dalam ukuran satuan mulai dari 0,5 gram hingga 1.000 gram.

Sementara itu, harga emas Antam Retro sebesar 1 gram adalah Rp 1.036.000, mengalami penurunan Rp 10.000 per gram. Antam Retro adalah jenis emas kemasan lama dengan keping emas dan sertifikat terpisah. Emas Antam Retro terakhir kali diproduksi pada tahun 2018 dan tersedia dalam satuan mulai dari 0,5 gram hingga 100 gram.

Harga emas UBS yang dikeluarkan oleh PT Untung Bersama Sejahtera adalah Rp 1.031.000 per gram, mengalami penurunan sebesar Rp 10.000 per gram. Emas UBS tersedia dalam berbagai ukuran mulai dari 0,5 gram hingga 1.000 gram.

Penurunan harga emas di Pegadaian sejalan dengan penurunan harga emas dunia, yang mencapai posisi terendahnya sejak Maret 2023. Harga emas di pasar spot pada perdagangan sebelumnya, Kamis (28/9/2023), ditutup pada level US$ 1.864,56 per troy ons dengan penurunan sebesar 0,54%.

Harga emas mengalami penurunan signifikan sejak Rabu pekan ini, sehingga tergelincir dari level psikologis US$ 1.900 per troy ons. Penurunan harga emas ini dipicu oleh keyakinan pelaku pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), masih akan menjalankan kebijakan yang ketat. Terlebih lagi, data ekonomi AS menunjukkan bahwa ekonomi AS masih berada dalam kondisi yang baik.

Jumlah pengajuan klaim pengangguran di AS hanya mencapai 204.000 pada pekan yang berakhir pada 23 September 2023, hanya naik 2.000 dibandingkan pekan sebelumnya. Angka ini jauh lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 215.000. Data ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja masih dalam kondisi yang baik, yang berarti bahwa dampak dari kebijakan suku bunga tinggi masih terbatas, dan masih ada potensi untuk kenaikan inflasi, yang meningkatkan peluang bagi The Fed untuk tetap berada dalam kebijakan yang ketat pada bulan November mendatang.

Perekonomian tetap tangguh, inflasi tetap tinggi dan skenario terburuk The Fed, stagflasi, telah dapat dihindari untuk saat ini,” kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance di Charlotte, Carolina Utara, seperti dilaporkan oleh Reuters.

Dalam alat pemantauan FedWatch Tool, sekitar 214% pelaku pasar memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada bulan November mendatang. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan awal pekan, yang hanya sekitar 14%.

 

 

sumber: CNBC Indonesia