Review Film Beirut, Kekuatan Karakter Rosamund Pike dan Jon Hamm

Redaksi Progres
Beirut (2018)/ist

KEPAHIANG.PROGRES.ID- Film “Beirut” (2018), disutradarai oleh Brad Anderson, membawa penonton ke dalam lanskap politik yang tegang di Lebanon pada tahun 1972.

Dibintangi oleh Jon Hamm sebagai Mason Skiles, seorang diplomat Amerika Serikat yang terpaksa kembali ke Beirut setelah sepuluh tahun meninggalkan kota itu karena sebuah insiden tragis.

Ketika Mason dipanggil kembali ke Beirut oleh agen CIA yang diperankan oleh Rosamund Pike, Sandy Crowder, untuk bernegosiasi atas nyawa seorang sahabatnya, dia terlibat dalam serangkaian peristiwa berbahaya dan penuh intrik politik.

Jon Hamm memberikan penampilan yang kuat sebagai Mason Skiles, seorang pria yang terpaksa menghadapi masa lalunya sambil berjuang untuk bertahan hidup di tengah kekacauan Beirut.

Sementara Rosamund Pike berhasil memerankan karakter Sandy Crowder dengan percaya diri dan kecerdasan, menambah lapisan kompleksitas pada alur cerita.

Dengan dukungan penuh dari para pemeran pendukung seperti Dean Norris, Shea Whigham, dan Mark Pellegrino, film ini berhasil mengeksplorasi konflik politik dan kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan di tengah-tengah situasi yang penuh dengan bahaya dan ketidakpastian.

Anderson berhasil menciptakan atmosfir yang tegang dan penuh ketegangan, membawa penonton melalui sebuah perjalanan yang mendebarkan di tengah-tengah kota yang dilanda konflik.

Dengan pengambilan gambar yang indah dan skenario yang kuat, “Beirut” menawarkan pengalaman sinematik yang mendalam dan memikat.

Meskipun demikian, beberapa kritikus menemukan bahwa film ini mungkin terlalu rumit dalam beberapa bagian, dan beberapa aspek dari plotnya mungkin terasa sedikit terlalu di luar jangkauan.

Namun, secara keseluruhan, “Beirut” tetap menjadi sebuah film yang menarik dengan penampilan yang kuat dari para pemerannya dan cerita yang penuh dengan ketegangan dan intrik politik.