Islam  

Ketika Musim Kemarau Menerpa, Ini Tata Cara Salat Istisqo: Salat Meminta Hujan

Progres Kepahiang
umat islam salat berjamaah
Foto: Chattrapal Singh/Pexels

KEPAHIANG.PROGRES.ID – Musim kemarau panjang dapat mengakibatkan kelangkaan air minum, kebutuhan mandi, dan persediaan air untuk pertanian. Selama masa kemarau ini, dianjurkan untuk berdoa kepada Allah dan melaksanakan shalat istisqa (shalat memohon hujan) sebagai upaya untuk memohon turunnya hujan.

Syekh Abdullah Bafadhal Al-Hadhrami menjelaskan bahwa cara pelaksanaan shalat istisqa terdiri dari dua rakaat, mirip dengan shalat Id. Namun, terdapat sedikit perbedaan dalam hal penempatan khutbah, pembacaan takbir, dan arah khatib pada khutbah kedua. Selain itu, secara umum, kedua shalat ini memiliki persamaan.

Shalat istisqa adalah salah satu bentuk doa dan ibadah yang dilakukan umat Muslim ketika menghadapi kekeringan atau kemarau yang berkepanjangan. Dalam doanya, umat berharap agar Allah memberikan rahmat dengan mengirimkan hujan yang melimpah untuk mengatasi masalah kekeringan tersebut.

Dalam masa-masa sulit seperti kemarau panjang, shalat istisqa adalah bentuk ekspresi iman dan ketaatan kepada Allah, di mana umat Muslim bersatu dalam berdoa memohon rahmat-Nya. Semoga doa mereka didengar dan hujan turun untuk mengatasi kekeringan yang melanda.

M. Ishom el-Saha dalam tulisannya di kemenag.go.id menyebut, sesuai dengan namanya, al-istisqa’ ialah meminta curahan air penghidupan (thalab al-saqaya).

“Para ulama Fiqh mendefinisikan salat Istisqa sebagai salat Sunnah muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan. Salat istisqa’ telah dipraktikkan di zaman Rasulullah SAW,” tulisnya.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. disebutkan:

خرج النبي صلى الله عليه وسلم يوماً يستسقي فصلى بنا ركعتين بلا أذان ولا إقامة ثم خطبنا ودعا الله عز وجل وحول وجهه نحو القبلة رافعاً يديه ثم قلب ردائه فجعل الأيمن الأيسر والأيسر الأيمن

Artinya: Nabi Muhammad SAW keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau salat dua rekaat bersama kita tanpa azdan dan iqamat, kemudian beliau berdiri untuk khutbah dan memanjatkan doa kepada Allah Swt dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya (HR. Imam Ahmad).

  • Waktu salat istisqo’: Adapun waktu untuk mengerjakan salat istisqa’ adalah pada siang hari. Ini disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Ra.:

خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم حين بدا حاجب الشمس

Dalam hadits ini Rasulullah Saw mengerjakan salat istisqa’ setelah matahari muncul di atas permukaan bumi, seperti waktu dimulainya salat Idul Fitri atau idul Adha. Para ulama berpendapat salat istisqa’ dapat dikerjakan hingga sore hari, asalkan tidak pada waktu diharamkan mengerjakan salat, yaitu pas matahari di atas kepala dan pas terbenam matahari.

Sedangkan tata cara isalat Istisqa’ adalah pertama: imam dan makmum berkumpul di tanah lapang untuk mengerjakan salat secara berjamaah.

  • Tanpa adzan dan iqomah: Tanpa dimulai dengan adzan dan iqomah, imam dan makmum membaca niat salat istisqa’

أصلي سنة الاستسقاء ركعتين مستقبل القبلة اماما/ماموما لله تعالى

  • Takbir: sesudah takbiratul ihram, imam dan makmum melakukan takbir 7 x pada rekaat pertama, dan 5 x takbir pada rekaat kedua.
  • Surat yang dibaca: setiap rakaat dalam salat istisqo’ imam membaca surat al-fatihah dan satu surat pendek secara jelas yang dapat didengarkan oleh para makmum. Dilanjutkan dengan rukuk, dua sujud dan duduk di antara dua sujud.
  • Tahiyat: pada rokaat kedua setelah sujud, imam dan makmum melakukan duduk tahiyyat akhir dan membaca bacaan tahiyyat, tasyahhud, dan salawat seperti yang dibaca dalam salat wajib, lalu  diakhiri dengan mengucap salam dengan menolehkan wajah dan kepala ke kanan dan ke kiri.
  • Khutbah: imam menyampaikan khutbah dan didengarkan oleh jamaah yang hadir. Khutbah salat istisqa’ terdiri dari dua khutbah yang disampaikan khatib dengan cara berdiri dan sekali duduk di antara kedua khutbah. Rukun khutbah dan tatacaranya dalam salat istisqa’ sama dengan yang dilakukan khatib sesudah salat Id. Diantaranya membaca takbir 9 x pada khutbah pertama dan takbir 7 x pada khutbah kedua.

Dalam khutbah istisqa, khatib dianjurkan untuk mengajak seluruh umat Islam untuk bertaubat, memohon ampun atas segala dosa, serta memperbanyak istighfar (meminta pengampunan) kepada Allah SWT. Tujuannya adalah agar Allah SWT berkenan mengabulkan permohonan umat Islam dan makhluk hidup lainnya saat menghadapi kemarau panjang.

Setelah mengakhiri khutbah pertama dan khutbah kedua, khatib disunnahkan untuk membaca doa dengan cara yang khas. Khatib akan membalikkan badannya, menghadap kiblat, dan menukar posisi selendang sorban di pundaknya. Sambil melakukan hal ini, khatib juga mengangkat kedua tangannya sebagai tanda doa dan harapan kepada Allah SWT.

Doa yang dipanjatkan pada akhir khutbah salat istisqa’ yang pernah dibaca Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:

1- ((اللهم اسقنا، اللهم اسقنا، اللهم اسقنا))، وفي لفظ: ((اللهم أغثنا، اللهم أغثنا، اللهم أغثنا))

2 – ((اللهم اسقنا غيثًا مغيثًا، مريعًا، نافعًا غير ضار، عاجلاً غير آجل))

3 – ((الحمد لله رب العالمين، الرحمن الرحيم، ملك يوم الدين، لا إله إلا الله يفعل ما يريد، اللهم أنت الله لا إله إلا أنت الغني ونحن الفقراء، أنزل علينا الغيث واجعل ما أنزلت لنا قوة وبلاغًا إلى حين))

4 – ((اللهم اسق عبادك، وبهائمك، وانشر رحمتك، وأحيي بلدك الميت))

5 – ((اللهم اسقنا غيثًا مريئًا مريعًا طبقًا عاجلاً غير رائث ، نافعًا غير ضار))

Itulah penjelasan tentang salat istisqa’ yang perlu kita semua ketahui. Semoga artikel ini bermanfaat dan kita segera dapat menikmati musim hujan yang bermanfaat, bukan hujan yang membawa bencana.. amiiin.