Soal Mycoplasma pneumoniae, Menkes Budi Gunadi: Bukan Virus Baru, Sudah Ada Obatnya

Progres Kepahiang
ilustrasi melihat bakteris mikroskopik
Ilustrasi: Edward Jenner/Pexels

KEPAHIANG.PROGRES.ID – Kewaspadaan Indonesia terhadap peningkatan kasus infeksi Mycoplasma pneumonia di China menjadi sorotan, terutama soal ketersediaan obat dan metode deteksi yang telah diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin. Bakteri Mycoplasma pneumoniae menjadi penyebab utama pneumonia yang sedang melanda China.

Menurut Budi Gunadi Sadikin, obat dan alat deteksi untuk bakteri penyebab pneumonia di China ini sudah tersedia di laboratorium kesehatan masyarakat. Pemantauan Sentinel Surveilans Influenza Like Illness (ILI) – Severe Acute Respiratory Infection (SARI) juga diterapkan di fasilitas kesehatan Indonesia, dengan hasil surveilans dilaporkan ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

“Ini sudah ada obatnya ya. Cara deteksinya juga sudah ada,” kata Budi Gunadi di Istana Kepresidenan Jakarta pada Rabu, 29 November 2023, dinukil dari Liputan6.com.

Surat Edaran Kemenkes RI Nomor PM.03.01/C/4732/2023 telah dikeluarkan sebagai langkah kewaspadaan terhadap kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia. Dalam surat tersebut, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu, menegaskan bahwa kejadian kenaikan kasus pneumonia pada anak di China bukan disebabkan oleh virus atau bakteri baru.

“Kami sudah mengeluarkan surat edaran, WHO juga sudah meneliti. Hasilnya, patogen-patogen yang ada di China adalah patogen yang sebelumnya sudah ada, jadi bukan virus atau bakteri baru, tapi ini bakteri lama,” tambah Budi.

Menanggapi kasus Mycoplasma pneumonia di China, terutama pada anak-anak, Budi Gunadi Sadikin mengingatkan para orangtua untuk menjaga daya tahan tubuh anak-anak.

“Saya rasa para orangtua ya pastikan makan anaknya cukup, karena namanya virus dan bakteri itu ya yang penting daya tahan tubuh kita baik,” ucapnya.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi, juga menegaskan ketersediaan obat untuk penanganan Mycoplasma pneumonia di fasilitas kesehatan. “Kalau untuk obat Mycoplasma sih kita tersedia ya. Jadi enggak akan ada masalah dan edukasi ke masyarakat kalau misalnya sakit, terutama batuk, pilek, influenza pakai masker,” tuturnya.

Meskipun demikian, merujuk pada informasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, kebanyakan infeksi oleh Mycoplasma pneumoniae bisa sembuh tanpa antibiotik. Antibiotik biasanya diresepkan oleh dokter jika seseorang terserang pneumonia yang disebabkan oleh M. pneumoniae, membantu dalam pemulihan lebih cepat jika dimulai sejak dini.

Dengan Mycoplasma menjadi penyebab utama kasus pneumonia di China, perhatian terus diarahkan pada peningkatan kasus rawat jalan dan rawat inap pada anak yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae sejak Mei 2023, serta Respiratory Syncytial Virus (RSV), Adenovirus, dan Influenza sejak Oktober 2023. RSV sendiri adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi paru-paru dan saluran pernapasan.