Tahun 2024 Akan Berlangsung 366 Hari, Benarkah 2024 Tahun Kabisat? Begini Penjelasannya!

Progres Kepahiang
kalender
Kalender (Ilustrasi: Leelo TheFirst/PEXELS)

KEPAHIANG.PROGRES.ID – Mari kita menggali lebih dalam ke dalam sejarah tahun kabisat dan memahami mengapa tahun 2024 akan memiliki jumlah hari yang sedikit berbeda. Sistem kalender global memiliki fenomena menarik yang dikenal sebagai Leap Year atau Tahun Kabisat.

Setiap 4 tahun sekali, kita menyaksikan peristiwa langka di mana satu hari tambahan ditambahkan ke bulan Februari, membuatnya memiliki 29 hari. Keunikan ini berasal dari kenyataan bahwa Bumi membutuhkan waktu 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 46 detik untuk mengelilingi Matahari.

Dalam rangka menyesuaikan ketidakseimbangan ini, satu hari ekstra dimasukkan ke dalam kalender setiap 4 tahun, membuat tahun tersebut menjadi 366 hari. Sekarang, pertanyaannya adalah, berapa jumlah hari di tahun 2024? Tahun tersebut akan menjadi tahun kabisat, sehingga akan memiliki total 366 hari.

Istilah “tahun kabisat” berasal dari bahasa Latin, “bis sextus dies ante calendas martii,” yang dapat diterjemahkan sebagai diulang pada hari keenam sebelum hari pertama bulan Maret. Nama ini terkait dengan keunikan Februari sebagai bulan terpendek dalam kalender, dengan 28 atau 29 hari tergantung pada tahunnya.

Sejarah tahun kabisat dapat ditelusuri kembali ke zaman Romawi Kuno, di mana kalender awalnya hanya memiliki sepuluh bulan. Januari dan Februari ditambahkan kemudian untuk menyelaraskan waktu kerja. Meskipun, sejarah ini membawa tahun berjumlah 304 hari. Raja Numa Pompilius kemudian menambahkan dua bulan baru, membuat tahun berjumlah 354 hari.

Selanjutnya, Julius Caesar membuat perubahan signifikan pada kalender. Dia menetapkan Januari sebagai bulan pertama, mengurangi Februari menjadi 28 hari, dan menciptakan kalender berdurasi 365 hari. Tahun kalender ini dikenal sebagai “tahun-tahun biasa,” yang sesuai dengan waktu yang dibutuhkan Bumi untuk menyelesaikan satu orbit mengelilingi Matahari. Namun, 365 adalah sebuah pembulatan, sedangkan Bumi sebenarnya memerlukan 365,242190 hari untuk menyelesaikan orbitnya.

Dalam usaha untuk menyelaraskan kalender dengan perhitungan waktu yang lebih akurat, manusia memutuskan untuk menambahkan satu hari ekstra setiap empat tahun. Meskipun ini tampaknya memadai, perhitungan yang lebih akurat menunjukkan bahwa dalam empat tahun, perbedaan antara tahun kalender dan tahun sidereal sebenarnya bukan 24 jam, melainkan 23.262222 jam. Dengan menambahkan satu hari kabisat setiap empat tahun, kita sebenarnya membuat kalender lebih panjang sebanyak 44 menit.

Namun, untuk memastikan stabilitas kalender, kita juga mempertimbangkan tahun non-sekuler, yaitu kelipatan 400. Oleh karena itu, tidak setiap 4 tahun merupakan tahun kabisat. Sebagai contoh, tahun 2000 adalah tahun kabisat karena dapat habis dibagi 400 dan 4.

Jadi, pada tahun 2024, kita akan menyaksikan tahun kabisat dengan jumlah hari sebanyak 366, sebuah fenomena yang melibatkan sejarah panjang dan upaya manusia untuk menyelaraskan kalender dengan perputaran Bumi yang akurat.