Islam  

Kisah Nabi Nuh AS dan Bahtera yang Menyelamatkan Peradaban dan Iman

Progres Kepahiang
bahtera-nabi-nuh
Ilustrasi bahtera Nabi Nuh di Gunung Judi (c) National Geographic

KEPAHIANG.PROGRES.ID – Nabi Nuh AS adalah salah satu dari nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia. Ia merupakan keturunan dari Nabi Adam AS, dan dikenal sebagai salah satu nabi yang memiliki keteguhan dan kesabaran luar biasa dalam menghadapi kaumnya yang durhaka.

Latar Belakang

Nabi Nuh hidup di tengah-tengah masyarakat yang telah jauh menyimpang dari ajaran tauhid. Mereka menyembah berhala dan melakukan berbagai perbuatan dosa. Allah SWT mengutus Nabi Nuh untuk mengajak kaumnya kembali kepada jalan yang benar, menyembah Allah SWT dan meninggalkan berhala-berhala mereka.

Dakwah Nabi Nuh

Nabi Nuh mulai berdakwah kepada kaumnya dengan penuh kesabaran. Ia mengajak mereka untuk meninggalkan penyembahan berhala dan beriman kepada Allah SWT. Namun, sebagian besar dari mereka menolak ajakan tersebut. Bahkan, mereka mengejek dan mencemooh Nabi Nuh.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ ۝٢٣

wa laqad arsalnâ nûḫan ilâ qaumihî fa qâla yâ qaumi‘budullâha mâ lakum min ilâhin ghairuh, a fa lâ tattaqûn

Sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Lalu, dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Apakah kamu tidak bertakwa?

Penolakan Kaum Nabi Nuh

Kaum Nabi Nuh tidak hanya menolak dakwahnya, tetapi juga mengancam dan menyakiti Nabi Nuh serta para pengikutnya. Mereka mengatakan bahwa Nabi Nuh hanyalah manusia biasa seperti mereka, dan tidak ada alasan untuk mempercayainya. Mereka juga menuduh Nabi Nuh memiliki motif tersembunyi dalam dakwahnya.

Meskipun demikian, Nabi Nuh tetap bersabar dan terus berdakwah selama bertahun-tahun. Ia berusaha dengan berbagai cara, baik secara terang-terangan maupun diam-diam, siang dan malam, namun hanya sedikit yang beriman kepadanya.

Perintah Membangun Kapal

Setelah beratus-ratus tahun berdakwah dan hanya sedikit yang mau beriman, Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh untuk membangun sebuah kapal besar. Allah SWT berfirman:

وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِاَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِيْ فِى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْاۚ اِنَّهُمْ مُّغْرَقُوْنَ ۝٣٧
washna‘il-fulka bi’a‘yuninâ wa waḫyinâ wa lâ tukhâthibnî filladzîna dhalamû, innahum mughraqûn

Buatlah bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah engkau bicarakan (lagi) dengan-Ku tentang (nasib) orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.

Nabi Nuh mulai membangun kapal tersebut di tengah cemoohan dan ejekan kaumnya. Mereka tidak percaya bahwa akan ada banjir besar yang akan menimpa mereka. Namun, Nabi Nuh terus bekerja sesuai dengan perintah Allah SWT.

Banjir Besar

Setelah kapal selesai dibangun, Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh untuk membawa ke dalam kapal tersebut orang-orang yang beriman serta sepasang-sepasang dari setiap jenis hewan. Kemudian, datanglah perintah Allah SWT:

حَتّٰىٓ اِذَا جَاۤءَ اَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّوْرُۙ قُلْنَا احْمِلْ فِيْهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَاَهْلَكَ اِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ اٰمَنَۗ وَمَآ اٰمَنَ مَعَهٗٓ اِلَّا قَلِيْلٌ ۝٤٠
ḫattâ idzâ jâ’a amrunâ wa fârat-tannûru qulnaḫmil fîhâ ming kullin zaujainitsnaini wa ahlaka illâ man sabaqa ‘alaihil-qaulu wa man âman, wa mâ âmana ma‘ahû illâ qalîl’

(Demikianlah,) hingga apabila perintah Kami datang (untuk membinasakan mereka) dan tanur (tungku) telah memancarkan air, Kami berfirman, “Muatkanlah ke dalamnya (bahtera itu) dari masing-masing (jenis hewan) sepasang-sepasang (jantan dan betina), keluargamu kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu (akan ditenggelamkan), dan (muatkan pula) orang yang beriman.” Ternyata tidak beriman bersamanya (Nuh), kecuali hanya sedikit.

Ketika semua sudah berada di dalam kapal, Allah SWT menurunkan hujan lebat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Air meluap dari bumi dan banjir besar pun terjadi. Seluruh permukaan bumi ditutupi air, dan semua yang tidak berada di dalam kapal Nabi Nuh pun tenggelam.

Setelah Banjir

Setelah banjir surut, kapal Nabi Nuh terdampar di atas Gunung Judi. Nabi Nuh dan pengikutnya yang selamat keluar dari kapal. Mereka memulai kehidupan baru dan berusaha untuk tetap berpegang teguh pada ajaran Allah SWT.

Pesan Moral dari Kisah Nabi Nuh

Kisah Nabi Nuh mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan kebenaran, meskipun menghadapi berbagai rintangan dan penolakan. Ia juga mengingatkan kita tentang konsekuensi dari kedurhakaan dan penolakan terhadap ajaran Allah SWT. Kisah ini juga menunjukkan rahmat dan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan taat.

Dengan kisah ini, umat Islam diajak untuk terus memperjuangkan kebenaran, menjaga iman, dan selalu berserah diri kepada Allah SWT dalam setiap keadaan.