Bioskop Pertama di Indonesia: Sejarah dan Perkembangan

Redaksi Progres
bioskop menteng,jakarta 1950/wikipedia
bioskop medan,1920/wikipedia

Film-film yang diputar di bioskop pada masa lalu adalah film bisu atau tanpa suara. Pemutaran film biasanya diiringi oleh musik orkes, meskipun sering kali musik tersebut tidak sesuai dengan filmnya. Beberapa film yang populer pada masa itu adalah Fantomas, Zigomar, Tom Mix, Edi Polo, Charlie Chaplin, Max Linder, Arsene Lupin, dan lain-lain.

Pada tahun 1951, di Jakarta, bioskop Metropole resmi dibuka dengan kapasitas 1.700 tempat duduk, dilengkapi dengan teknologi ventilasi peniup dan penyedot, berlantai tiga dengan ruang dansa dan kolam renang di lantai teratas. Pada tahun 1955, bioskop Indra di Yogyakarta mulai mengembangkan kompleks bioskopnya dengan toko dan restoran.

Awal Orde Baru di Indonesia dianggap sebagai periode yang menjanjikan kemajuan dalam perfilman, baik dalam hal jumlah produksi film nasional maupun dalam bentuk dan fasilitas tempat pertunjukan. Kemajuan ini mencapai puncaknya pada tahun 1990-an. Pada dekade tersebut, produksi film nasional mencapai 112 judul. Sejak tahun 1987, bioskop dengan konsep sinepleks (bioskop dengan lebih dari satu layar) semakin berkembang. Sinepleks-sinepleks ini biasanya berlokasi di pusat perbelanjaan atau mal, yang menjadi tempat nongkrong populer bagi anak-anak muda dan masyarakat perkotaan. Di sekitar sinepleks ini, tersedia juga supermarket, restoran cepat saji, pusat mainan, dan berbagai fasilitas lainnya.

Sinepleks tidak hanya berkembang di kota besar, tetapi juga menyebar ke kota-kota kecamatan, karena pemerintah memberikan insentif pajak dengan mengembalikan pajak tontonan kepada “bioskop depan.” Akibatnya, pada tahun 1990, jumlah layar bioskop di Indonesia mencapai puncaknya, yaitu 3.048 layar. Sebelumnya, pada tahun 1987, hanya ada 2.306 layar bioskop di seluruh Indonesia.

Era 2000-an melihat penyebaran jaringan bioskop yang semakin luas di Indonesia. Ada dua pengelola bioskop yang terkenal, yaitu 21 Cineplex dengan bioskop 21, XXI, dan The Premiere, serta jaringan Blitzmegaplex. Bioskop-bioskop ini tersebar di pusat perbelanjaan di seluruh Indonesia, dan kadang-kadang satu pusat perbelanjaan memiliki lebih dari satu bioskop. Film yang diputar berasal dari dalam dan luar negeri, meskipun pada awal tahun 2000-an hingga sekitar tahun 2005, produksi film nasional jarang masuk ke dalam jaringan bioskop. Baru sejak tahun 2006, film-film nasional mulai mendapatkan tempat di bioskop-bioskop Indonesia hingga saat ini.

 

sumber: wikipedia