Bioskop Pertama di Indonesia: Sejarah dan Perkembangan

Redaksi Progres
bioskop menteng,jakarta 1950/wikipedia

KEPAHIANG,PROGRES.ID– Bioskop pertama di Indonesia muncul pada bulan Desember 1900, berlokasi di Jalan Tanah Abang I, Jakarta Pusat. Harga tiket kelas I pada waktu itu adalah dua gulden (perak), sementara tiket kelas II dijual setengah perak.

Bioskop pada masa lampau biasanya didirikan di sekitar Lapangan Gambir (sekarang Monas). Bangunan bioskop pada zaman tersebut memiliki penampilan seperti bangsal dengan dinding terbuat dari gedek dan atap dari kaleng atau seng. Setelah pemutaran film selesai, bioskop tersebut kemudian dibawa keliling ke kota-kota lain. Salah satu bioskop tersebut dikenal dengan nama Talbot, yang diambil dari nama pengusaha bioskop tersebut. Ada juga upaya lain untuk mendirikan bioskop oleh seseorang bernama Schwarz, yang berlokasi sekitar Kebon Jahe, Tanah Abang. Sebelum akhirnya hancur dalam kebakaran, bioskop ini berada di sebuah gedung di Pasar Baru. Jules Francois de Calonne juga mendirikan bioskop yang dikenal dengan namanya, yang terletak di Deca Park. De Calonne awalnya adalah bioskop terbuka di lapangan, mirip dengan yang saat ini dikenal sebagai “misbar,” yang sayangnya tidak bertahan lama. De Calonne menjadi cikal bakal dari bioskop Capitol yang terletak di Pintu Air.

Bioskop-bioskop lainnya, seperti Elite di Pintu Air, Rex di Kramat Bunder, Cinema di Krekot, Astoria, Capitol di Pintu Air, Centraal di Jatinegara, Rialto di Senen dan Tanah Abang, Surya di Tanah Abang, Thalia di Hayam Wuruk, Olimo, Orion di Glodok, Al Hambra di Sawah Besar, Oost Java di Jl. Veteran, Rembrant di Pintu Air, Widjaja di Jalan Tongkol/Pasar Ikan, Rivoli di Kramat, Chatay di Jl. Gunung Sahari, dan banyak lainnya muncul dan menjadi tempat ramai dikunjungi setelah periode tahun 1940-an.